-
Period: to
Latar Belakang
Adi Prabu Hanyakrakusuma atau yang lebih dikenal Sultan Agung adalah sultan ketiga yang memimpin Kesultanan Mataram Islam. Selama berkuasa, tahun 1613 hingga 1645, Mataram telah berkembang menjadi salah satu kerajaan terbesar dan paling dihormati di Nusantara.
Sultan Agung telah banyak berjuang untuk Kesultanan Mataram, termasuk perjuangannya menyerang Batavia yang saat itu dikuasai oleh JP Coen, Gubernur Jenderal VOC tahun 1628. Sultan Agung juga berupaya untuk menaklukkan Surabaya. -
Serangan kepada Surabaya
Pasukan Mataram di bawah pimpinan dua panglima perangnya, Tumenggung Ketawangan dan Tumenggung Alap-alap menggempur Surabaya pada 1624. Sawah dan ladang milik penduduk diporak-porandakan, meski begitu pasukan Mataram masih kesulitan mematahkan pertahanan Surabaya. Sembari mendirikan perkemahan di sekitar Mojokerto, Mataram mulai memikirkan taktik perang. Ia hendak menyumbat aliran sungai Brantas yang menjadi sumber air bagi penduduk Surabaya. -
Kekalahan Surabaya
Teknik pembendungan menggunakan berbatang pohon kelapa dan bambu yang diletakkan membentang di dasar sungai sampai permukaannya. Tidak berhenti di situ, pasukan Mataram juga menggunakan 'senjata biologis' buah aren dan bangkai untuk diceburkan di bendungan. Buah aren menyebabkan seluruh air menimbulkan gatal-gatal bagi siapa saja yang menyentuhnya dan bangkai hewan menyebabkan bau busuk luar biasa. Surabaya dinyatakan kalah pada 27 Oktober 1625 dan kekuasaan Mataram mulai merambah Jawa Timur. -
Perlawanan Pertama
Kia Rangga tiba di Batavia dengan 14 kapal yang bermuatan beres. Ia memohon bantuan kepada Belanda agar membantu Sultan Agung melawan Banten. Permohonan pertama dipertimbangkan oleh pemerintah pusat, tetapi permohonan selanjutnya ditolak karena semua pelabuhan jelas ditutup dengan ketat. -
Tumenggung Baureksa
Tumenggung Baureksa (Panglima
tertinggi armada Jawa) tiba di pelabuhan Batavia dengan 50 kapal yang
lengkap dengan perbekalan yang sangat banyak. Perbekalan tersebut terdiri
dari 50 gorab dan kapal-kapal yang memuat 150 ekor ternak, 120 last beras,
10.600 ikat padi, 26.000 kelapa, 5.900 ikat batang gula, dan sebagianya
dilengkapi dengan tidak kurang dari 900 awak kapal. -
Penyerbuan
Pada tanggal 24 Agustus, tiba lagi 7 kapal dengan tujuan Malaka. Pihak Belanda berusaha memisahkan 7 kapal ini dari kapal-kapal lainnya agar tidak sempat memberikan senjata kepada teman-temannya. Akan tetapi, usaha ini gagal, kapal-kapal akhirnya dapat berkumpul.
Pada pagi hari 20 buah perahu menyerang pasar dan benteng. Orang-orang Mataram yang dengan perahu itu naik ke darat dan mereka berhasil
mencapai benteng. Penyerbuan ini berlangsung sampai pagi. Banyak korban yang jatuh. -
Kegagalan Penyerbuan
Akhirnya, dengan terpaksa pasukan Mataram menarik diri ke daerah yang jauh yang berpohon dan membuat benteng-benteng dari anyaman bambu. Meskipun demikian, mereka berhasil maju karena mereka menggali parit-parit dan membuat benteng-benteng. Adapun taktik VOC untuk menghadapi pasukan Mataram ini adalah dengan mengirim sejumlah tentara yang dilindungi oleh 150 penembak sehingga mereka berhasil mengusir pasukan Mataram dari parit-parit ini. -
Penyerbuan
Keesokan harinya, 26 Agustus 1628, datang sebuah pasukan besar di bawah pimpinan Tumenggung Baureksa. Dalam menghadapi kekuatan Mataram, Belanda mengorbankan
daerah sekitar benteng. Kampung disekitarnya dibakar dan diratakan dengan tanah. Pada waktu pasukan Mataram hendak mendekati benteng, dengan mudahnya Belanda mengusir mereka karena pihak Mataram tidak mendapat
tempat persembunyian. -
Penyerangan Benteng Hollandia
Pasukan Mataram mulai menyerang
benteng Hollandia. Semalam penuh mereka berusaha untuk dapat menaikinya dengan tangga. Akan tetapi, 24 seradadu Belanda dapat mempertahankannya dengan gigih hingga semua peluru telah habis tertembak. Ketika diketahui
bahwa yang menjadi sasaran hanya Hollandi saja, Belanda mulai melancarkan serangan besar dengan 300 serdadu dan 100 orang sipil. Bahkan dalam perkemahan pasukan Mataram ditimbulkan kekacauan. Seluruh pos terdepan
orang Mataram dirusak dan dibakar. -
Serangan Umum oleh Belanda
Serangan umum yang dipimpin komandan Batavia, Jacqus Lefebre. Ia dapat mengerahkan kekuatan tentara sebanyak 2.866 orang. Sebuah armada yang terdiri dari dua sampai dengan tujuh sekoci dan beberapa kapal berawak 150 orang dikatakan akan menyerang perkemahan musuh dari sungai, sedangkan pasukan musuh yang lain akan diserbu oleh angkatan darat. Pada pertempuran ini Tumenggung Baureksa beserta putraya dan sekitar 200 pasukan mataram gugur. -
Period: to
Bantuan Panglima Tumenggung Sura Agul-agul dibantu Tumenggung Mandureja dan Upa Santa
Akhirnya, pasukan Mataram yang kedua telah tiba
untuk memperkuat pasukan sebelumnya dipimpin oleh Tumenggung Sura Agul-Agul. Pertempuran ini hampir mengalahkan Belanda, karena pasukan Belanda kebanyakan kehabisan peluru. Akan tetapi, taktik membendung Sungai Ciliwung gagal dikarenakan datangnya musim penghujan. Hal yang dilakukan selanjutnya ialah merebut Benteng Hollandia yang pada akhirnya tetap gagal dikarenakan banyak pasukan yang tertembak pada malam 27 November. -
Hukuman mati kepada Tumenggung Mandureja dan Upa Santa
Tumenggung Sura Agul-Agul memerintahkan eksekusi atas perintah Sultan untuk hukuman mati Tumenggung Mandurareja dan Tumenggung Upasanta karena kegagalan pengepungan Batavia. Mayat-mayat prajurit Mataram dibiarkan menjadi tontonan. -
Serangan Kedua, 1629
Serangan yang kedua dilakukan pada tahun 1629, akan tetapi serangan yang kedua ini merupakan malapetaka bagi Sultan Agung dan pasukannya.
Sebelum pertempuran dimulai, utusan Mataram yang bernama Warga, menawarkan perdamaian dengan VOC, tetapi setelah diketahui maksud
Mataram yang sebenarnya, dia dihukum mati. Angkatan perang Sultan Agung berangkat dalam dua gelombang, yang pertama terdiri atas artileri dan amunisi yang berangkat pada pertengahan Mei 1629, dan kedua pada 20 Juni 1629. -
Gelombang Kedua
Gelombsng kedua ialah pasukan infanteri yang berangkat pada tanggal 20 juni 1629. Pasukan itu
dipimpin oleh Kyai Adipati Juminah, K.A. Purbaya, dan K.A. Puger. Mereka dibantu oleh Tumenggung Singaranu, Raden Aria Wiranatapada, Tumenggung Madiun dan K.A. Sumenep. -
Kemenangan Pihak VOC
Pihak VOC mulai memusnahkan 200 kapal, 400
rumah, dan satu gunungan padi. Rasa takut timbul sedemikian hebat sehingga
tidak ada satu pun kapal milik orang Mataram yang berani muncul. Beberapa minggu kemudian, gunungan padi kedua di Cirebon dimusnahkan. Apapun usaha dan kemahiran yang dilancarkan pasukan Sultan Agung terhadap VOC, pihak Mataram tetap saja menerima kekalahan. Hal ini disebabkan karena dengan kekurangan makanan seluruh pengepungan hanya bertahan satu bulan. -
Period: to
Usaha Penyerangan
Pada 8 September pihak yang dikepung melihat orang Mataram dengan parit-parit pertahanan mendekati benteng Hollandia. Hanya dengan satu sergapan saja, parit pertahanan tersebut dapat dihancurkan. Pada tanggal 12 September, benteng Bommel diserbu 200 orang, dan langsung dipukul mundur. Pada tanggal 17 September VOC merencanakan sebuah sergapan pimpinan Antonio van Diemen. Sebagian pertahanan pihak Mataram dibakar. Akan tetapi, hujan menolong pihak Mataram dalam usahanya memadamkan kebakaran. -
Kematian Jenderal Jan Pieterz Coen
Pada tanggal 20 September Gubernur Jenderal Jan Pietersz. Coen meninggal
dunia karena mendadak sakit. -
Period: to
Akhir Perlawanan
Tepat pada tanggal 27 September pihak
Belanda memutuskan untuk tidak lagi mengadakan serangan umum, karena
pihak Mataram yang ditawan memberi keterangan tentang bahaya kelaparan yang semakin mengancam. Pada serangan kecil yang terjadi pada 1 Oktober, pihak Mataram kelihatan tidak bersemangat lagi. Keesokan harinya penarikan mundur dimulai. Pasukan yang mundur ini meninggalkan mayat-mayat dan korban semakin banyak jumlahnya.