Sultan Agung Melawan VOC

  • Period: to

    Latar Belakang

    Adi Prabu Hanyakrakusuma atau yang lebih dikenal Sultan Agung adalah sultan ketiga yang memimpin Kesultanan Mataram Islam. Selama berkuasa, tahun 1613 hingga 1645, Mataram telah berkembang menjadi salah satu kerajaan terbesar dan paling dihormati di Nusantara.
    Sultan Agung telah banyak berjuang untuk Kesultanan Mataram, termasuk perjuangannya menyerang Batavia yang saat itu dikuasai oleh JP Coen, Gubernur Jenderal VOC tahun 1628. Sultan Agung juga berupaya untuk menaklukkan Surabaya.
  • Perlawanan Pertama

    Perlawanan Pertama
    Kia Rangga tiba di Batavia dengan 14 kapal yang bermuatan beres. Ia memohon bantuan kepada Belanda agar membantu Sultan Agung melawan Banten. Permohonan pertama dipertimbangkan oleh pemerintah pusat, tetapi permohonan selanjutnya ditolak karena semua pelabuhan jelas ditutup dengan ketat.
  • Tumenggung Baureksa

    Tumenggung Baureksa
    Tumenggung Baureksa (Panglima
    tertinggi armada Jawa) tiba di pelabuhan Batavia dengan 50 kapal yang
    lengkap dengan perbekalan yang sangat banyak. Perbekalan tersebut terdiri
    dari 50 gorab dan kapal-kapal yang memuat 150 ekor ternak, 120 last beras,
    10.600 ikat padi, 26.000 kelapa, 5.900 ikat batang gula, dan sebagianya
    dilengkapi dengan tidak kurang dari 900 awak kapal.
  • Penyerbuan

    Penyerbuan
    Pada tanggal 24 Agustus, tiba lagi 7 kapal dengan tujuan Malaka. Pihak Belanda berusaha memisahkan 7 kapal ini dari kapal-kapal lainnya agar tidak sempat memberikan senjata kepada teman-temannya. Akan tetapi, usaha ini gagal, kapal-kapal akhirnya dapat berkumpul.
    Pada pagi hari 20 buah perahu menyerang pasar dan benteng. Orang-orang Mataram yang dengan perahu itu naik ke darat dan mereka berhasil
    mencapai benteng. Penyerbuan ini berlangsung sampai pagi. Banyak korban yang jatuh.
  • Kegagalan Penyerbuan

    Kegagalan Penyerbuan
    Akhirnya, dengan terpaksa pasukan Mataram menarik diri ke daerah yang jauh yang berpohon dan membuat benteng-benteng dari anyaman bambu. Meskipun demikian, mereka berhasil maju karena mereka menggali parit-parit dan membuat benteng-benteng. Adapun taktik VOC untuk menghadapi pasukan Mataram ini adalah dengan mengirim sejumlah tentara yang dilindungi oleh 150 penembak sehingga mereka berhasil mengusir pasukan Mataram dari parit-parit ini.
  • Penyerbuan

    Penyerbuan
    Keesokan harinya, 26 Agustus 1628, datang sebuah pasukan besar di bawah pimpinan Tumenggung Baureksa. Dalam menghadapi kekuatan Mataram, Belanda mengorbankan
    daerah sekitar benteng. Kampung disekitarnya dibakar dan diratakan dengan tanah. Pada waktu pasukan Mataram hendak mendekati benteng, dengan mudahnya Belanda mengusir mereka karena pihak Mataram tidak mendapat
    tempat persembunyian.
  • Penyerangan Benteng Hollandia

    Penyerangan Benteng Hollandia
    Pasukan Mataram mulai menyerang
    benteng Hollandia. Semalam penuh mereka berusaha untuk dapat menaikinya dengan tangga. Akan tetapi, 24 seradadu Belanda dapat mempertahankannya dengan gigih hingga semua peluru telah habis tertembak. Ketika diketahui
    bahwa yang menjadi sasaran hanya Hollandi saja, Belanda mulai melancarkan serangan besar dengan 300 serdadu dan 100 orang sipil. Bahkan dalam perkemahan pasukan Mataram ditimbulkan kekacauan. Seluruh pos terdepan
    orang Mataram dirusak dan dibakar.
  • Serangan Umum oleh Belanda

    Serangan Umum oleh Belanda
    Serangan umum yang dipimpin komandan Batavia, Jacqus Lefebre. Ia dapat mengerahkan kekuatan tentara sebanyak 2.866 orang. Sebuah armada yang terdiri dari dua sampai dengan tujuh sekoci dan beberapa kapal berawak 150 orang dikatakan akan menyerang perkemahan musuh dari sungai, sedangkan pasukan musuh yang lain akan diserbu oleh angkatan darat. Pada pertempuran ini Tumenggung Baureksa beserta putraya dan sekitar 200 pasukan mataram gugur.
  • Period: to

    Bantuan Panglima Tumenggung Sura Agul-agul dibantu Tumenggung Mandureja dan Upa Santa

    Akhirnya, pasukan Mataram yang kedua telah tiba
    untuk memperkuat pasukan sebelumnya dipimpin oleh Tumenggung Sura Agul-Agul. Pertempuran ini hampir mengalahkan Belanda, karena pasukan Belanda kebanyakan kehabisan peluru. Akan tetapi, taktik membendung Sungai Ciliwung gagal dikarenakan datangnya musim penghujan. Hal yang dilakukan selanjutnya ialah merebut Benteng Hollandia yang pada akhirnya tetap gagal dikarenakan banyak pasukan yang tertembak pada malam 27 November.
  • Hukuman mati kepada Tumenggung Mandureja dan Upa Santa

    Hukuman mati kepada Tumenggung Mandureja dan Upa Santa
    Tumenggung Sura Agul-Agul memerintahkan eksekusi atas perintah Sultan untuk hukuman mati Tumenggung Mandurareja dan Tumenggung Upasanta karena kegagalan pengepungan Batavia. Mayat-mayat prajurit Mataram dibiarkan menjadi tontonan.
  • Serangan Kedua, 1629

    Serangan yang kedua dilakukan pada tahun 1629, akan tetapi serangan yang kedua ini merupakan malapetaka bagi Sultan Agung dan pasukannya.
    Sebelum pertempuran dimulai, utusan Mataram yang bernama Warga, menawarkan perdamaian dengan VOC, tetapi setelah diketahui maksud
    Mataram yang sebenarnya, dia dihukum mati. Angkatan perang Sultan Agung berangkat dalam dua gelombang, yang pertama terdiri atas artileri dan amunisi yang berangkat pada pertengahan Mei 1629, dan kedua pada 20 Juni 1629.
  • Gelombang Kedua

    Gelombsng kedua ialah pasukan infanteri yang berangkat pada tanggal 20 juni 1629. Pasukan itu
    dipimpin oleh Kyai Adipati Juminah, K.A. Purbaya, dan K.A. Puger. Mereka dibantu oleh Tumenggung Singaranu, Raden Aria Wiranatapada, Tumenggung Madiun dan K.A. Sumenep.
  • Kemenangan Pihak VOC

    Pihak VOC mulai memusnahkan 200 kapal, 400
    rumah, dan satu gunungan padi. Rasa takut timbul sedemikian hebat sehingga
    tidak ada satu pun kapal milik orang Mataram yang berani muncul. Beberapa minggu kemudian, gunungan padi kedua di Cirebon dimusnahkan. Dengan melihat kejadian-kejadian ini, sebenarnya hasil peperangan sudah dapat diketahui.