Perlawanan Rakyat Terhadap VOC

  • Latar Belakang Perlawanan Rakyat Terhadap VOC

    Latar Belakang Perlawanan Rakyat Terhadap VOC
    Kerajaan Belanda membentuk organisasi VOC (Persekutuan Dagang Hindia Timur). Pada mulanya VOC hanya mengurusi perdagangan Belanda di wilayah Hindia Timur. Dalam Perkembangannya, VOC bertindak layaknya sebuah negara. VOC menerapkan praktik monopoli perdagangan sehingga berhasil mengendalikan aktivitas perdagangan di wilayah Kepulauan Indonesia. Tindakan tersebut mendorong munculnya perlawanan rakyat di berbagai wilayah Kepulauan Indonesia.
  • Perlawanan Rakyat Maluku

    Perlawanan Rakyat Maluku
    Pada 1605 VOC berhasil merebut benteng Nieuw Victoria milik Portugis di Ambon. Dalam perkembangannya, keberadaan VOC di Maluku mendapat perlawanan dari rakyat setempat. Perlawanan tersebut terjadi karena VOC menerapkan praktik monopoli perdagangan rempah-rempah disertai pelayaran hongi dan pembatasan jumlah tanaman rempah-rempah agar harganya tetap tinggi (ekstirpasi).
  • Period: to

    Perlawanan Rakyat Mataram

    Sultan Agung adalah raja ketiga Mataram yang berkuasa untuk periode 1613-1645. Salah satu cita-cita yang dimiliki Sultan Agung adalah menyatukan Pulau Jawa di bawah kekuasaan Mataram dan mengusir kekuasaan asing dari Nusantara, seperti VOC. Apalagi, VOC juga terus berusaha memonopoli perdagangan di Jawa yang membuat para pedagang pribumi mulai mengalami kemunduran. Oleh karena itu, Sultan Agung sangat menentang eksistensi VOC di Nusantara, terutama di Jawa.
  • Perlawanan Rakyat Mataram

    Perlawanan Rakyat Mataram
    Konflik pertama antara Mataram dan VOC terjadi, ketika Gubernur Jenderal VOC, Jan Pieterzoon Coen memerintahkan anggotanya, Vander Marct menyerang Jepara. Hubungan keduanya pun semakin memburuk setelah Sultan Agung melarang menjual beras kepada pihak VOC. Sejak itu, orang-orang Belanda mulai membenci Sultan Agung. Setelah itu, muncul tuduhan bahwa VOC telah merampok kapal-kapal orang Jawa. Kejadian ini lantas membuat Sultan Agung mempersiapkan penyerangan terhadap VOC yang bermarkas di Batavia.
  • Perlawanan Rakyat Mataram

    Perlawanan Rakyat Mataram
    Awalnya, VOC bermarkas di Ambon. Namun, setelah berhasil merebut Jayakarta yang kemudian namanya diganti menjadi Batavia, VOC memutuskan memindahkan markas mereka ke sana pada 1619. Sultan Agung menyerang VOC sebanyak dua kali.
  • Perlawanan Rakyat Mataram

    Perlawanan Rakyat Mataram
    Serangan Pertama
    Dalam serangan itu, pasukan Mataram dipimpin oleh Tumenggung Bahureksa. Tumenggung Bahureksa memimpin sekitar 10.000 prajurit Mataram yang langsung menyerang VOC dengan dahysat. Namun, VOC langsung menembakkan meriam - meriamnya tiada henti yang memporak-porandakan prajurit Mataram. Pasukan Mataram pun satu per satu mulai gugur. Serangan pertama yang dilakukan pasukan Mataram terhadap VOC mengalami kegagalan.Tidak kurang dari 1.000 prajurit Mataram tewas dalam pertempuran.
  • Perlawanan Rakyat Mataram

    Perlawanan Rakyat Mataram
    Serangan Kedua
    Setelah gagal di serangan pertama, Sultan Agung melancarkan serangan kedua yang dipimpin oleh Kiai Adipati Juminah, K.A. Puger, dan K.A. Purabaya pada 1629. Persiapan prajurit Mataram pada serangan kedua ini terbilang jauh lebih matang dengan kekuatan yang lebih besar. Total ada 14.000 prajurit Mataram dikerahkan untuk menyerang VOC.
  • Period: to

    Perlawanan Rakyat Banten

    Kemajuan Banten pada masa itu tidak dapat dipisahkan dari kepemimpinan Sultan Ageng Tirtayasa. Pada masa pemerintahannya Banten dapat mengungguli Makassar dan Aceh sebagai bandar perdagangan lada terbesar di Kepulauan Indonesia. Kemajuan Banten menciptakan persaingan baru antara Kerajaan Banten dan VOC. Kedudukan Banten dapat mengganggu praktik monopoli perdagangan lada yang dilakukan VOC. Sementara itu, Banten menganggap kedudukan VOC di Batavia mengancam stabilitas dan kedaulatan kerajaan.
  • Period: to

    Perlawanan Rakyat Maluku

    VOC menghadapi serangan sporadis dari rakyat Hitu yang dipimpin oleh Kakiali dan Telukabesi. Perlawanan ini meluas sampai Ambon.
  • Perlawanan Rakyat Mataram

    Perlawanan Rakyat Mataram
    Mereka mendirikan lumbung-lumbung padi di daerah Tegal dan Cirebon sebagai perbekalan selama bertempur. Akan tetapi, rupanya VOC mengetahui hal tersebut sehingga lumbung-lumbung tersebut dibakar oleh VOC. Akibatnya, pasukan Mataram tidak memiliki persediaan makanan apa pun. Kesimpulannya, Mataram kembali mengalami kegagalan dalam serangan keduanya terhadap VOC. Setelah Sultan Agung wafat pada 1645, Mataram pun jatuh ke tangan VOC.
  • Perlawanan Rakyat Maluku

    Perlawanan Rakyat Maluku
    Rakyat Ternate di bawah pimpinan Kecili Said juga melakukan perlawanan terhadap VOC. Serangan Serangan tersebut berhasil dipatahkan karena VOC memiliki persenjataan lebih canggih.
  • Period: to

    Perlawanan Rakyat Makassar

    Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin Kerajaan Makassar (Gowa-Tallo) memiliki peran penting dalam kegiatan perdagangan di wilayah Indonesia bagian timur. Peran ini tidak lepas dari keberadaan pelabuhan Somba Opu. Pelabuhan ini menjadi pendukung utama aktivitas perdagangan di Makassar pada masa itu. Pelabuhan Somba Opu berkembang menjadi bandar transito yang berperan sebagai penghubung jalur perdagangan antara Malaka, Jawa dan Maluku.
  • Period: to

    Perlawanan Rakyat Makassar

    Pada masa itu Makassar menjadi pesaing utama VOC dalam aktivitas pelayaran dan perdagangan di wilayah Indonesia bagian timur. Melihat peran dan posisi Makassar yang strategis, VOC tertarik untuk menguasai pelabuhan Somba Opu. Dengan menguasai pelabuhan Somba Opu VOC dapat menerapkan monopoli perdagangan rempah- rempah.
  • Perlawanan Rakyat Banten

    Perlawanan Rakyat Banten
    Perlawanan Banten terhadap VOC terjadi sejak awal Belanda menginjakkan kaki di Banten.Perlawanan rakyat Banten terhadap VOC dipimpin oleh Sultan Ageng Tirtayasa pada 1656. Perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa terhadap VOC dilakukan dengan cara merusak kebun tebu, membantu perlawanan Trunojoyo, dan melindungi pelarian dari Makassar. Kerajaan Banten juga berhasil menguasai sejumlah kapal VOC dan beberapa pos penting.
  • Perlawanan Rakyat Makassar

    Perlawanan Rakyat Makassar
    Pada 1666 VOC mengerahkan armada untuk menaklukkan Makassar. Dalam perlawanan tersebut, VOC melancarkan taktik devide et impera. Taktik tersebut diterapkan VOC dengan cara menjalin kerja sama dengan seorang Pangeran Bugis bernama Aru Palaka. Tujuan Aru Palaka membantu VOC dalam perang tersebut adalah membebaskan Kerajaan Bone dari kekuasaan Gowa - Tallo.
  • Perlawanan Rakyat Makassar

    Perlawanan Rakyat Makassar
    Pasukan Aru Palaka berhasil menguasai benteng pertahanan Gowa - Tallo di Barombang. Kemenangan Aru Palaka sekaligus menandai kemenangan VOC. Kemenangan tersebut memaksa Sultah Hasanuddin menandatangani perjanjian Bongaya pada 1667. Penandatanganan perjanjian Bongaya memungkinkan VOC mengendalikan peran politik Kerajaan Makassar. Meskipun demikian, VOC tetap tidak mampu mengendalikan dan memaksakan monopoli perdagangan di perairan Indonesia bagian timur.
  • Perlawanan Rakyat Makassar

    Perlawanan Rakyat Makassar
    Isi perjanjian Bongaya sebagai berikut.
    1. VOC memperoleh hak monopoli rempah-
    rempah di Makassar.
    2. VOC diizinkan mendirikan benteng pertahanan
    di Makassar.
    3. Wilayah kekuasaan Kerajaan Gowa - Tallo di luar
    Makassar menjadi milik VOC.
    4. Aru Palaka diakui sebagai Raja Bone. Semua
    orang Eropa, kecuali Belanda
    harus meninggalkan Makassar.
    5. Gowa - Tallo harus membayar seluruh biaya
    perang.
  • Perlawanan Rakyat Banten

    Perlawanan Rakyat Banten
    VOC menghasut Sultan Haji dengan menyatakan Pangeran Arya Purbaya yang akan naik takhta menjadi Sultan Banten menggantikan Sultan Ageng Tirtayasa. Hasutan VOC ini menyebabkan Sultan Haji mencurigai Sultan Ageng Tirtayasa dan Pangeran Arya Purbaya.
  • Perlawanan Rakyat Banten

    Perlawanan Rakyat Banten
    Di tengah berkobarnya anti-VOC Sultan Ageng Tirtayasa melakukan perubahan sistem birokrasi. Sultan Ageng Tirtayasa mengangkat putra mahkota Abdulnazar Abdulkahar atau yang dikenal Sultan Haji sebagai raja pembantu. Sultan Haji bertanggung jawab terhadap urusan dalam negeri Banten. Sementara itu, Sultan Ageng Tirtayasa dan Pangeran Arya Purbaya bertanggung jawab atas urusan luar negeri Banten. Pemisahan kekuasaan ini dimanfaatkan VOC untuk menerapkan politik devide et impera (adu domba).
  • Perlawanan Rakyat Banten

    Perlawanan Rakyat Banten
    Sultan Haji kemudian menjalin kerja sama dengan VOC untuk merebut takhta Kesultanan Banten. VOC bersedia membantu Sultan Haji dengan syarat berikut :
    1. Banten menyerahkan Cirebon kepada VOC.
    2. Perdagangan lada di Banten menjadi hak monopoli VOC.
    3. Pedagang Tiongkok, Persia, dan India dilarang berdagang di Banten.
    4. Pasukan Banten yang menguasai daerah pantai dan pedalaman harus ditarik.
    5. Apabila Banten mengingkari perjanjian ini, Banten wajib membayar 600.000 ringgit kepada VOC.
  • Perlawanan Rakyat Maluku

    Perlawanan Rakyat Maluku
    VOC berhasil menjadikan Tidore sebagai salah satu vassal-nya (daerah bawahan) yang menimbulkan kebencian Sultan Nuku. Tindakan VOC ini menyalahi tradisi kerajaan karena seharusnya Sultan Nuku yang berhak menjadi Sultan Tidore bukannya Putra Alam. Sultan Nuku yang merasa tertindas atas tindakan VOC kemudian melakukan perlawanan. Pada akhirnya Sultan Nuku berhasil membawa kemenangan bagi Tidore dan kembali menduduki takhta kerajaan sehingga berhasil melepaskan Tidore sebagai vassal VOC.
  • Perlawanan Rakyat Banten

    Perlawanan Rakyat Banten
    Syarat-syarat yang diajukan VOC tersebut disetujui oleh Sultan Haji. Persetujuan tersebut menyebabkan perselisihan antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji. Pada 1681 VOC atas nama Sultan Haji berhasil merebut kekuasaan Banten. Sultan Haji menjadi Sultan Banten yang berkedudukan di istana Surosowan. Sultan Ageng Tirtayasa berusaha merebut kembali Kesultanan Banten dengan membentuk pemerintahan baru yang berpusat di Tirtayasa.
  • Perlawanan Rakyat Banten

    Perlawanan Rakyat Banten
    Sultan Ageng Tirtayasa berhasil mengepung istana Surosowan. Sultan Haji yang terdesak segera meminta bantuan VOC. Dengan bantuan
    tentara VOC, pasukan Sultan Ageng Tirtayasa
    dapat dipukul mundur dan terdesak hingga
    ke benteng Tirtayasa. Benteng Tirtayasa
    juga dikepung oleh VOC. Meskipun demikian, Sultan Ageng Tirtayasa dan Pangeran Arya
    Purbaya berhasil meloloskan diri.
  • Perlawanan Rakyat Banten

    Perlawanan Rakyat Banten
    Sultan Ageng Tirtayasa bersama dengan Pangeran Arya Purbaya terus melakukan serangan secara gerilya terhadap VOC dan Sultan Haji. Akan tetapi, pada 1683 Sultan Ageng Tirtayasa berhasil ditangkap dan ditawan di Batavia hingga wafat.
  • Period: to

    Perlawanan Rakyat Riau

    Perlawanan di Riau terhadap VOC dilancarkan oleh Kerajaan Siak Sri Indrapura. Perlawanan tersebut dipimpin oleh Sultan Abdul Jalil Muzhaffar Syah. Pasa saat itu terjadi pertempuran antara pasukan Siak dan VOC di pulau Guntung. Dalam pertempuran tersebut pasukan Siak kesulitan menembus benteng pertahanan VOC. VOC juga mendatangkan bantuan kekuatan yang terdiri atas orang Tionghoa. Panglima perang Siak pun menyerukan pasukannya untuk mundur ke Siak.
  • Period: to

    Perlawanan Rakyat Riau

    Sultan Siak menyadari tidak dapat memenangi pertempuran melawan VOC dengan mudah. Oleh karena itu, bersama panglima perang Sultan Siak mengatur siasat baru untuk melawan VOC. Siasat perang ini dikenal dengan nama "siasat hadiah sultan". Dalam siasat tersebut, sultan berpura-pura berdamai dengan VOC.Ajakan damai ini pun disambut baik oleh VOC. Sesuai rencana, Sultan Siak memberikan isyarat kepada pasukan Siak untuk mengepung loji itu. Pasukan Siak menyerang dan membakar seluruh bangunan loji.
  • Perlawanan Rakyat Riau

    Perlawanan Rakyat Riau
    Keberhasilan siasat hadiah sultan ternyata belum mampu mengusir VOC dari Siak. Kondisi tersebut terjadi karena dalam sebuah perundingan Sultan Siak dipaksa tunduk kepada VOC. VOC memaksa Sultan Siak melakukan kesepakatan yang isinya sangat merugikan rakyat Siak. Kerjaan siak mengalami kemunduran setelah Sultan Abdul Jalil Muzhaffar Syah wafat. Bahkan, pada akhirnya Kerajaan Siak dipaksa menandatangani kesepakatan dengan VOC melalui Traktat Siak pada 1858.