-
Perlawanan Rakyat Maluku
Pada 1635-1646 VOC harus menghadapi serangan sporadis dari rakyat Hitu yang dipimpin oleh Kakiali dan Telukabesi. Perlawanan ini meluas sampai Ambon. Pada 1650, rakyat Ternate di bawah pimpinan Kecili Said juga melakukan perlawanan terhadap VOC. Pada 1680, penempatan Tidore sebagai daerah bawahan meninbulkan kebencian dari Sultan Nuku. Sultan Nuku merasa tertindas atas tindakan VOC lalu melakukan perlawanan. Perlawanan tersebut berhasil mengembalikan kekuasan Tidore. -
Perlawanan Rakyat Mataram
Serangan pertama Sultan Agung dilaksanakan tanggal 22 Agustus 1628. Dalam serangan itu, pasukan Mataram dipimpin oleh Tumenggung Bahureksa. Tumenggung Bahureksa memimpin sekitar 10.000 prajurit Mataram yang langsung menyerang VOC dengan dahysat. Namun pasukan Mataram gugur karena serangan VOC lebih kuat. Serangan kedua dipimpin oleh Kiai Adipati Juminah, K.A. Puger, dan K.A. Purabaya pada 1629. Serangan tersebut juga gagal, karena VOC membakar lumbung padi(pembekalan) milik pasukan mataram. -
Perlawanan Rakyat Banten
VOC melarang jung-jung Tiongkok dan kapal dari Maluku untuk menuju Banten. Tindakan VOC menghalangi kegiatan perdagangan di Banten mendorong terjadinya perlawanan rakyat. Sebagai balasan, Sultan Ageng Tirtayasa mengirim pasukan untuk mengganggu kapal dagang dan daerah kekuasaan VOC. Rakyat Banten juga merusak perkebunan teh milik
VOC. Pada 1659 Kerajaan Banten menyerang VOC. Akan tetapi, VOC tidak dapat berbuat banyak karena pada saat itu VOC harus menghadapi pemberontakan Trunojoyo di Mataram. -
Perlawan Rakyat Makassar
VOC melakukan berbagai upaya untuk mewujudkan keinginan memonopoli perdagangan rempah-rempah di Makassar. Upaya pertama VOC dilakukan dengan menyerang Pelabuhan Somba Opu. Pada 1634 VOC memblokade Pelabuhan Somba Opu. Tetapi, usaha ini gagal karena kapal Makassar berukuran kecil sehingga dengan gesit mencari jalur baru. Pada 1654 VOC kembali menyerang Makassar. Penyerangan VOC ini juga mengalami kegagalan karena rakyat Makassar memberikan perlawanan sengit di bawah pimpinan Sultan Hasanuddin. -
Perlawanan Etnik Tionghoa
Pada 9 Oktober 1740 para serdadu VOC melakukan perampokan dan permbersihan etnik Tionghoa. Setelah peristiwa itu, etnik Tionghoa berusaha meninggalkan Batavia. Sebagai balasan, mereka bergabung dengan komunitas Tionghoa di Semarang dan mengepung Benteng VOC di kota itu. Mereka juga menyerang pertahanan VOC di Rembang. Serangan etnik Tinghoa ini mendapat dukungan dari para bupati di kota-kota pesisir utara Jawa yang merasa dirugikan oleh VOC. Setelah itu, etnik Tionghoa tidak kembali ke Batavia. -
Perlawanan Rakyat Riau
Pada 1751 perang berkobar antara Kerajaan Siak melawan VOC. Untuk menghadapi serangan Raja Siak, VOC membangun benteng pertahanan di sepanjang jalur pelayaran menuju Sungai Siak. Akibatnya perdagangan di Siak menjadi sepi dan perekonomian kerajaan terganggu. Pada 1752-1753 terjadi pertempuran di Pulau Guntung. Siak mempersiapkan kapal dengan persenjataan lengkap untuk menghancurkan pertahanan VOC. Untuk menghadapi itu VOC dibantu oleh orang-orang Tionghoa. Melihat itu, pasukan Siak pun mundur.