Img 20220918 wa0045

perlawanan rakyat terhadap VOC

By ratnaa
  • Datangnya Belanda ke wilayah Maluku

    Datangnya Belanda ke wilayah Maluku
    Pada tahun 1605, Belanda mulai memasuki wilayah Maluku dan berhasil merebut benteng Portugis yang ada di Ambon. Belanda melakukan kongsi dagang dan memonopoli perdagangan rempah-rempah, dengan menggunakan sistem Pelayaran Hongi. Sistem Pelayaran Hongi adalah pelayaran yang dilakukan oleh VOC menggunakan senjata lengkap untuk mengawasi jalannya monopoli perdagangan rempah-rempah. Dalam sistem tersebut, apabila ditemukan pelanggaran maka akan dikenai hukuman yang dinamakan sebagai ekstirpasi.
  • Datangnya Pasukan Mataram ke Batavia

    Datangnya Pasukan Mataram ke Batavia
    Pada 26 agustus 1628, datanglah pasukan Mataram ke Batavia berjumlah sekitar 10.000 pasukan yang dipimpin oleh Tumenggung Bahureksa, dengan cara berbaris mereka mendekati benteng VOC. Menyikapi hal ini pemimpin VOC memerintahkan untuk menebang hutan dan membakar perkampungan disekitarnya untuk membatasi gerak-gerik pasukan Mataram.
  • Penyerangan VOC

    Penyerangan VOC
    Pada tahun 1629, pasukan Mataram menyerang VOC di Batavia yang dipimpin oleh Tumenggung Singaranu, Kiai Dipati Juminah dan Dipati Purbaya. Pasukan Mataram mampu menghancurkan Benteng Hollandia. Selanjutnya pasukan Mataram mengepung benteng Bommel, dan mendengar bahwa J.P. Coen meninggal. Peristiwa ini terjadi pada 21 September 1629. Keadaan tersebut semakin mendesak VOC untuk meningkatkan kekuatannya. Akhirnya VOC mampu membalikkan keadaan. Dengan demikian serangan Sultan Agung yang kedua gagal.
  • Serangan VOC terhadap Makassar

    Serangan VOC terhadap Makassar
    VOC melakukan berbagai upaya untuk mewujudkan keinginan memonopoli perdagangan rempah-rempah di Makassar. Upaya pertama VOC dilakukan dengan menyerang pelabuhan Somba Opu. Pada 1634 VOC memblokade pelabuhan Somba Opu , akan tetapi gagal. Pada 1654 VOC kembali menyerang Makassar, penyelenggaraan ini juga mengalami kegagalan karena rakyat Makassar memberikan perlawanan sengit.
  • Perlawanan rakyat Maluku terhadap VOC

    Perlawanan rakyat Maluku terhadap VOC
    pada tahun 1635, munculah perlawanan rakyat Maluku terhadap VOC yang dipimpin oleh Kapitan Kakiali yang mendapatkan julukan sebagai Kapten Hitu. Perlawanan tersebut meluas hingga ke berbagai daerah dan menyebabkan kedudukan VOC merasa terancam. Atas hal itu, Gubernur Jenderal Van Diemen dari Batavia dua kali datang ke wilayah Maluku (pada 1637 dan 1638) untuk menegakkan kekuasaan VOC. Bahkan, Van Diemen juga menjanjikan hadiah besar bagi siapapun yang berhasil membunuh Kapitan Kakiali.
  • Akhir perlawanan Mataram dan meninggalkan Sultan Agung

    Akhir perlawanan Mataram dan meninggalkan Sultan Agung
    Keberhasilan Mataram dapat dibalas oleh VOC. VOC mengalahkan Mataram dengan menghancurkan lumbung padi di Cirebon dan Tegal dengan cara dibakar. Akibatnya, pasukan Mataram kesulitan pangan. Selain itu jarak antara Yogyakarta dengan Batavia, dan kalahnya persenjataan menjadi alasan kekalahan Mataram dalam menghadapi VOC. Kegagalan tersebut, membuat Sultan Agung memunyai keinginan membuat penyerangan yang ketiga. Namun, pada tahun 1645 Sultan Agung meninggal dunia.
  • Pupusnya perlawanan Maluku terhadap VOC

    Pupusnya perlawanan Maluku terhadap VOC
    Pada tahun 1650, muncul perlawanan di Ambon yang dipimpin oleh Saidi yang menyebabkan perlawanan meluas hingga ke Pulau Seram dan Saparua. Atas perlawanan tersebut, pihak Belanda merasa terdesak dan meminta bantuan ke Batavia. Bala bantuan pihak Belanda datang pada Juli 1655 di bawah kepemimpinan Vlaming van Oasthoom dan terjadilah pertempuran sengit. Sayangnya, pasukan rakyat Maluku terdesak dan Saidi ditangkap serta dihukum mati. Hingga saat itu, pupuslah perlawanan rakyat Maluku terhadap VOC.
  • Perlawanan rakyat Makassar

    Perlawanan rakyat Makassar
    Pada abad XVII Kerajaan Makassar ( Gowa-Tallo) memiliki pelabuhan Somba Opu sebagai pendukung utama aktivitas perdagangan di Makassar. Makassar berhasil mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin ( 1654-1669 ). Pada masa itu menjadi pesaing utama VOC dalam aktivitas pelayaran dan perdagangan di wilayah Indonesia bagian timur.
  • Awal mula perlawanan rakyat Banten

    Awal mula perlawanan rakyat Banten
    Belanda pertama kali datang ke Indonesia pada 1596, di bawah pimpinan Cornelis de Houtman, tepatnya di Banten, Jawa Barat.
    Namun, kala itu, Belanda langsung diusir oleh penduduk pesisir Banten karena mereka dianggap kasar dan sombong. Ketidaksukaan rakyat Banten terhadap Belanda berlanjut hingga 1656. Kala itu, Banten dipimpin oleh Sultan Ageng Tirtayasa. Pada 1656, rakyat Banten melakukan perlawanan terhadap Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) atau Kongsi Dagang Hindia Belanda.
  • Taktik VOC untuk menaklukkan Makkasar

    Taktik VOC untuk menaklukkan Makkasar
    Pada 1666 VOC mengerahkan armada yang besar untuk menaklukkan Makassar. Dalam perlawanan VOC melakukan taktik Devide Et Impera. Taktik tersebut dijalankan dengan cara menjalin kerja sama dengan seseorang pangeran Bugis bernama Aru Palaka. Pasukan Ari Palaka pun berhasil menguasai benteng pertahanan Gowa-Tallo di Barombang. Kemenangan Aru Palaka juga menjadi kemenangan VOC. Selanjutnya, Pada 1667 VOC memaksa Sultan Hasanuddin menandatangani Perjanjian Bongaya.
  • Riau pada masa lalu dan awal mula VOC bertindak egois

    Riau pada masa lalu dan awal mula VOC bertindak egois
    Riau pada abad 17-18 M adalah pelabuhan dagang di kawasan selat Malaka yang menjanjikan. Letak strategis menimbulkan keinginan bangsa Barat untuk menguasai Malaka. VOC memulai penguasaan di selat Malaka dengan mengusir Portugis. Pada 1673, VOC menawarkan perjanjian kepada Kesultanan Johor-Riau untuk mengusir Portugis. Tindakan egois VOC di selat Malaka mendapatkan perlawanan dari Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah yang merupakan raja dari kesultanan Siak Sri Indrapura
  • Perlawanan rakyat Banten terhadap VOC

    Perlawanan rakyat Banten terhadap VOC
    Di bawah kepemimpinan Sultan Ageng Tirtayasa Banten mulai mengalami perkembangan pesat. Hal ini membuat VOC tertarik untuk memonopoli perdagangan di kawasan Banten. VOC menghasut putra mahkota Sultan Haji untuk merebut kekuasaan sang ayah. Oleh sebab itu, Sultan Ageng Tirtayasa memutuskan untuk melakukan perlawanan terhadap VOC. Dua kapal dan kebun tebu milik Belanda dirusak, VOC pun terpaksa menutup kantor dagangnya. Pasukan Sultan Ageng berhasil mendesak pasukan Sultan Haji pada 1682.
  • Akhir perlawanan Banten dan tertangkapnya Sultan Ageng Tirtayasa

    Akhir perlawanan Banten dan tertangkapnya Sultan Ageng Tirtayasa
    Bersama VOC, Sultan Haji mampu meredam dan memukul mundur pasukan Sultan Ageng sampai ke Bogor. Pada akhirnya, Sultan Ageng Tirtayasa berhasil ditangkap oleh VOC pada 1683. Ia langsung dibawa ke Batavia dan dijadikan sebagai tahanan. Setelah Sultan Ageng Tirtayasa digulingkan, Sultan Haji naik menjadi Raja Banten. Dengan tertangkapnya Sultan Ageng perlawanan rakyat Banten terhadap VOC pun usai. VOC dinyatakan berhasil menaklukkan Banten dan memonopoli perdagangan di kawasan pesisir Jawa.
  • Latar belakang perlawanan etnis Tionghoa

    Latar belakang perlawanan etnis Tionghoa
    Adanya pembantaian yang dilakukan VOC terhadap etnis Tionghoa di Batavia pada Oktober 1740 yang menewaskan lebih dari 10.000. Kebijakan VOC yang melakukan tindakan kekerasan dan deskriminatif terhadap etnis Tionghoa di beberapa wilayah Nusantara.
  • Jalannya perlawanan-perlawanan etnis Tionghoa terhadap voc

    Jalannya perlawanan-perlawanan etnis Tionghoa terhadap voc
    Jalannya perlawanan
    Perlawanan etnis Tionghoa terhadap VOC dibantu oleh kalangan bangsawan Mataram yang kontra terhadap Pakubuwono II dan VOC. Perlawanan etnis Tionghoa di wilayah Mataram dipimpin oleh Raden Mas Garendi (Sunan Kuning), Raden Mas Said dan Kapiten Sepanjang. Perlawanan tersebut dinamakan dengan Geger Pacinan dan menimbulkan kekacauan yang meluas hingga pesisir Jawa. Sunan Kuning dan pasukannya berhasil merebut keraton Kasunanan di Kartasura pada pertengahan 1742.
  • Perlawanan rakyat siak menghadapi kekejaman VOC

    Perlawanan rakyat siak menghadapi kekejaman VOC
    Perang antara VOC dan Siak kembali berlanjut pada tahun 1751. Muhammad Abdul Jalil memimpin perang melawan VOC menggantikan ayahnya yang telah meninggal. Pasukan Siak menyerang pulau Guntung dengan diperkuat kapal perang ‘’Harimau Buas’’ pada tahun 1752-1753. Namun, serangan tersebut dapat digagalkan dengan sistem pertahanan benteng VOC yang berlapis.
  • "Siasat Hadiah Sultan"

    "Siasat Hadiah Sultan"
    Untuk mengakali pertahanan kuat VOC, pada tahun 1753, Sultan Siak mengatur siasat tipu daya dengan berpura-pura ingin berdamai dengan VOC. Saat perundingan berlangsung, Sultan Siak memberikan kode kepada pasukannya untuk membunuh pasukan VOC dan membakar loji (bangunan VOC). Siasat hadiah Sultan berhasil dan membawa kemenangan bagi pihak Kesultanan Siak. Meskipun begitu, kekuasaan VOC di Malaka masih belum bisa dikalahkan sepenuhnya
  • Akhir perlawanan rakyat Tioghoa

    Akhir perlawanan rakyat Tioghoa
    Sunan Kuning dan pasukannya menyerahkan diri pada September 1973. Hal tersebut dikarenakan Sunan Kuning dan pasukannya terdesak dan terpisah dari kapitan Sepanjang di daerah Surabaya. Pada akhirnya, Sunan Kuning dan pasukannya diasingkan menuju Srilanka setelah beberapa hari ditahan di Surabaya