-
Latar Belakang
VOC menawarkan perjanjian kepada kesultanan Johor-Riau untuk bergabung dalam satu kekuatan untuk mengusir Portugis.Arogansi VOC di Malaka mulai terlihat ketika VOC mendirikan benteng-benteng yang dilengkapi dengan berbagai senjata. Hal ini dikarenakan VOC mulai menanamkan devide et empera di Riau. Kerajaan Siak, Rokan, Indragiri, dan Kampar mulai merasa terdesak dan mulai melakukan penyerangan. -
Perang
Perang antara VOC dan Siak kembali berlanjut pada tahun 1751. Muhammad Abdul Jalil memimpin perang melawan VOC menggantikan ayahnya yang telah meninggal. Dalam buku Sejarah Kerajaan Siak (2011) karya O.K Nizami Jamil, disebutkan bahwa Pasukan Siak menyerang pulau Guntung dengan diperkuat kapal perang ‘’Harimau Buas’’ pada tahun 1752-1753. -
Period: to
Perang
Perlawanan di Riau terhadap VOC dilancarkan oleh Kerajaan Siak Sri Indrapura. Perlawanan tersebut dipimpin oleh Sultan Abdul Jalil Muzhaffar Syah. Pasa saat itu terjadi pertempuran antara pasukan Siak dan VOC di pulau Guntung. Dalam pertempuran tersebut pasukan Siak kesulitan menembus benteng pertahanan VOC. VOC juga mendatangkan bantuan kekuatan yang terdiri atas orang Tionghoa. Panglima perang Siak pun menyerukan pasukannya untuk mundur ke Siak. -
Period: to
Perlawanan
Sultan Siak menyadari tidak dapat memenangi pertempuran melawan VOC dengan mudah. Oleh karena itu, bersama panglima perang Sultan Siak mengatur siasat baru untuk melawan VOC. Siasat perang ini dikenal dengan nama "Siasat Hadiah Sultan". Dalam siasat tersebut, sultan berpura-pura berdamai dengan VOC.Ajakan damai ini pun disambut baik oleh VOC. Sesuai rencana, Sultan Siak memberikan isyarat kepada pasukan Siak untuk mengepung loji itu. Pasukan Siak menyerang dan membakar seluruh bangunan loji. -
Traktat Siak
Keberhasilan siasat hadiah sultan ternyata belum mampu mengusir VOC dari Siak. Kondisi tersebut terjadi karena dalam sebuah perundingan Sultan Siak dipaksa tunduk kepada VOC. VOC memaksa Sultan Siak melakukan kesepakatan yang isinya sangat merugikan rakyat Siak. Kerjaan siak mengalami kemunduran setelah Sultan Abdul Jalil Muzhaffar Syah wafat. Bahkan, pada akhirnya Kerajaan Siak dipaksa menandatangani kesepakatan dengan VOC melalui Traktat Siak pada 1858.