-
Latar Belakang
Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin (1654-1669) Kerajaan Makassar (Gowa-Tallo) memiliki peran penting dalam kegiatan perdagangan di wilayah Indonesia bagian timur. Peran ini tidak lepas dari keberadaan pelabuhan Somba Opu. Pelabuhan ini menjadi pendukung utama aktivitas perdagangan di Makassar pada masa itu.Pada masa itu Makassar menjadi pesaing utama VOC dalam aktivitas pelayaran dan perdagangan di wilayah Indonesia bagian timur.VOC tertarik untuk menguasai pelabuhan Somba Opu. -
Penyerangan VOC
Pada 1666 VOC mengerahkan armada untuk menaklukkan Makassar. Dalam perlawanan tersebut, VOC melancarkan taktik devide et impera. Taktik tersebut diterapkan VOC dengan cara menjalin kerja sama dengan seorang Pangeran Bugis bernama Aru Palaka. Tujuan Aru Palaka membantu VOC dalam perang tersebut adalah membebaskan Kerajaan Bonedari kekuasaan Gowa - Tallo. -
Kemenangan VOC
Pasukan Aru Palaka berhasil menguasai benteng pertahanan Gowa - Tallo di Barombang. Kemenangan Aru Palaka sekaligus menandai kemenangan VOC. Kemenangan tersebut memaksa Sultah Hasanuddin menandatangani perjanjian Bongaya pada 1667. Penandatanganan perjanjian Bongaya memungkinkan VOC mengendalikan peran politik Kerajaan Makassar. Meskipun demikian, VOC tetap tidak mampu mengendalikan dan memaksakan monopoli perdagangan di perairan Indonesia bagian timur. -
Perjanjian Bongaya
Isi perjanjian Bongaya sebagai berikut.
1. VOC memperoleh hak monopoli rempah-
rempah di Makassar.
2. VOC diizinkan mendirikan benteng pertahanan
di Makassar.
3. Wilayah kekuasaan Kerajaan Gowa - Tallo di luar
Makassar menjadi milik VOC.
4. Aru Palaka diakui sebagai Raja Bone. Semua
orang Eropa, kecuali Belanda
harus meninggalkan Makassar.
5. Gowa - Tallo harus membayar seluruh biaya
perang.