Perlawanan Rakyat Banten terhadap VOC

  • Kedatangan VOC di Banten

    Kedatangan VOC di Banten
    Penjelajah Belanda Jacob van Neck dan Cornelis de Houtman tiba di Banten untuk pertama kalinya, membuka jalur perdagangan baru di Asia Tenggara. Banten, di bawah Kesultanan Banten yang saat itu dipimpin oleh Sultan Maulana Yusuf, menjadi salah satu pelabuhan utama dalam jaringan perdagangan internasional.
  • Stasiun Perdagangan VOC di Banten

    Stasiun Perdagangan VOC di Banten
    VOC mulai mendirikan stasiun perdagangan di Banten. Awalnya, VOC mengembangkan hubungan dagang dengan kesultanan Banten, namun seiring waktu, mereka mulai memaksakan kepentingan mereka dan merusak kekuasaan lokal.
  • Latar Belakang

    Latar Belakang
    Kemajuan Banten pada masa itu tidak dapat dipisahkan dari kepemimpinan Sultan Ageng Tirtayasa. Pada masa pemerintahannya Banten dapat mengungguli Makassar dan Aceh sebagai bandar perdagangan lada terbesar di Kepulauan Indonesia. Kemajuan Banten menciptakan persaingan baru antara Kerajaan Banten dan VOC. Kedudukan Banten dapat mengganggu praktik monopoli perdagangan lada yang dilakukan VOC. Sementara itu, Banten menganggap kedudukan VOC di Batavia mengancam stabilitas dan kedaulatan kerajaan.
  • Perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa

    Perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa
    Merusak kebun tebu milik VOC di Batavia pada tahun 1656. Kebun tebu adalah sumber pendapatan utama VOC di Nusantara. Dengan merusak kebun tebu, Sultan Ageng Tirtayasa ingin melemahkan ekonomi VOC.
  • Perubahan Sistem Birokrasi

    Perubahan Sistem Birokrasi
    Di tengah berkobarnya anti-VOC Sultan Ageng Tirtayasa melakukan perubahan sistem birokrasi. Sultan Ageng Tirtayasa mengangkat putra mahkota Abdulnazar Abdulkahar atau yang dikenal Sultan Haji sebagai raja pembantu. Sultan Haji bertanggung jawab terhadap urusan dalam negeri Banten. Sementara itu, Sultan Ageng Tirtayasa dan Pangeran Arya Purbaya bertanggung jawab atas urusan luar negeri Banten. Pemisahan kekuasaan ini dimanfaatkan VOC untuk menerapkan politik devide et impera (adu domba)
  • Hasutan VOC

    Hasutan VOC
    VOC menghasut Sultan Haji dengan menyatakan Pangeran Arya Purbaya yang akan naik takhta menjadi Sultan Banten menggantikan Sultan Ageng Tirtayasa. Hasutan VOC ini menyebabkan Sultan Haji mencurigai Sultan Ageng Tirtayasa dan Pangeran Arya Purbaya.
  • Perjanjian Sultan Haji ke Belanda

    Perjanjian Sultan Haji ke Belanda
    Sultan Haji terpaksa menandatangani perjanjian dengan VOC untuk merebut takhta Kesultanan Banten. VOC bersedia membantu Sultan Haji dengan syarat berikut :
    1. Banten menyerahkan Cirebon kepada VOC.
    2. Perdagangan lada di Banten menjadi hak monopoli VOC.
    3. Pedagang Tiongkok, Persia, dan India dilarang berdagang di Banten.
    4. Pasukan Banten yang menguasai daerah pantai dan pedalaman harus ditarik.
    5. Apabila Banten mengingkari perjanjian ini, Banten wajib membayar 600.000 ringgit kepada VOC.
  • Membantu perlawanan Trunojoyo terhadap Mataram

    Trunojoyo adalah seorang pemberontak yang menentang kekuasaan Sultan Agung dari Mataram. Sultan Agung adalah sekutu VOC yang bersedia membayar upeti kepada VOC. Dengan membantu Trunojoyo, Sultan Ageng Tirtayasa ingin mengganggu hubungan antara Mataram dan VOC.
  • Pergantian Raja Banten

    Pergantian Raja Banten
    Sultan Ageng kembali mengumumkan perang setelah terjadi penganiayaan terhadap para pedagang Banten oleh VOC. Sayangnya, di Banten sedang terjadi perselisihan antara Sultan Ageng dengan putranya, Sultan Haji, sehingga Belanda langsung memanfaatkan momen tersebut. Belanda mendukung Sultan Haji yang lebih mudah dipengaruhi untuk membantu kepentingan VOC. Akhirnya Sultan Ageng Tirtayasa digulingkan dan diasingkan, sementara Sultan Haji menjadi Raja Banten.
  • VOC Merebut Kekuasaan Banten

    VOC Merebut Kekuasaan Banten
    Syarat-syarat yang diajukan VOC tersebut disetujui oleh Sultan Haji. Persetujuan tersebut menyebabkan perselisihan antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji. Pada 1681 VOC atas nama Sultan Haji berhasil merebut kekuasaan Banten. Sultan Haji menjadi Sultan Banten yang berkedudukan di istana Surosowan. Sultan Ageng Tirtayasa berusaha merebut kembali Kesultanan Banten dengan membentuk pemerintahan baru yang berpusat di Tirtayasa.
  • Pengepungan Istana Surosowan

    Pengepungan Istana Surosowan
    Sultan Ageng Tirtayasa berhasil mengepung istana Surosowan. Sultan Haji yang terdesak segera meminta bantuan VOC. Dengan bantuan
    tentara VOC, pasukan Sultan Ageng Tirtayasa
    dapat dipukul mundur dan terdesak hingga
    ke benteng Tirtayasa. Benteng Tirtayasa juga dikepung oleh VOC. Meskipun demikian, Sultan Ageng Tirtayasa dan Pangeran Arya
    Purbaya berhasil meloloskan diri.
  • Perlawanan Sultan Ageng untuk Banten

    Perlawanan Sultan Ageng untuk Banten
    Sultan Ageng Tirtayasa bersama dengan Pangeran Arya Purbaya terus melakukan serangan secara gerilya terhadap VOC dan Sultan Haji. Akan tetapi, pada 1683 Sultan Ageng Tirtayasa berhasil ditangkap dan ditawan di Batavia hingga wafat.
  • Perjanjian Sultan Haji dengan Belanda

    Perjanjian Sultan Haji dengan Belanda
    Penobatan Sultan Haji kembali disertai dengan perjanjian.
    1. Sultan Banten tidak diperbolehkan memberi bantuan kepada musuh-musuh VOC dalam bentuk apapun
    2. Semua tanah di sepanjang Sungai Untung Jawa atau Tangerang menjadi milik VOC
    3. Sultan harus mengganti kerugian sebanyak 12.000 ringgit kepada VOC
    4. Sultan dilarang membuat perjanjian dengan bangsa lain
    5. Kekuasaan raja Cirebon ditinjau kembali sebagai sahabat yang bersekutu di bawah perlindungan VOC
  • VOC Menguasai Banten

    VOC Menguasai Banten
    VOC berhasil menguasai sepenuhnya Banten. Kesultanan Banten kehilangan kemerdekaan dan dijadikan wilayah bawahan VOC. VOC mengatur administrasi dan sistem perpajakan yang menguntungkan kepentingan mereka.