-
Latar Belakang
Kemajuan Banten pada masa itu tidak dapat dipisahkan dari kepemimpinan Sultan Ageng Tirtayasa. Pada masa pemerintahannya Banten dapat mengungguli Makassar dan Aceh sebagai bandar perdagangan lada terbesar di Kepulauan Indonesia. Kemajuan Banten menciptakan persaingan baru antara Kerajaan Banten dan VOC. Kedudukan Banten dapat mengganggu praktik monopoli perdagangan lada yang dilakukan VOC. Sementara itu, Banten menganggap kedudukan VOC di Batavia mengancam stabilitas dan kedaulatan kerajaan. -
Perlawanan
Perlawanan rakyat Banten terhadap VOC dipimpin oleh Sultan Ageng Tirtayasa pada 1656.Perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa terhadap VOC dilakukan dengan cara merusak kebun tebu, membantu perlawanan Trunojoyo, dan melindungi pelarian dari Makassar.Kerajaan Banten juga berhasil menguasai sejumlah kapal VOC dan beberapa pos penting -
Perjanjian Dengan Belanda
Sultan Haji terpaksa menandatangani perjanjian dengan VOC untuk merebut takhta Kesultanan Banten. VOC bersedia membantu Sultan Haji dengan syarat berikut :
1. Banten menyerahkan Cirebon kepada VOC.
2. Perdagangan lada di Banten menjadi hak monopoli VOC.
3. Pedagang Tiongkok, Persia, dan India dilarang berdagang di Banten.
4. Pasukan Banten yang menguasai daerah pantai dan pedalaman harus ditarik.
5. Apabila Banten mengingkari perjanjian ini, Banten wajib membayar 600.000 ringgit kepada VOC. -
Hasutan VOC
VOC menghasut Sultan Haji dengan menyatakan Pangeran Arya Purbaya yang akan naik takhta menjadi Sultan Banten menggantikan Sultan Ageng Tirtayasa. Hasutan VOC ini menyebabkan Sultan Haji mencurigai Sultan Ageng Tirtayasa dan Pangeran Arya Purbaya. -
Perubahan Sistem Birokrasi
Di tengah berkobarnya anti-VOC Sultan Ageng Tirtayasa melakukan perubahan sistem birokrasi. Sultan Ageng Tirtayasa mengangkat putra mahkota Abdulnazar Abdulkahar atau yang dikenal Sultan Haji sebagai raja pembantu. Sultan Haji bertanggung jawab terhadap urusan dalam negeri Banten. Sementara itu, Sultan Ageng Tirtayasa dan Pangeran Arya Purbaya bertanggung jawab atas urusan luar negeri Banten. Pemisahan kekuasaan ini dimanfaatkan VOC untuk menerapkan politik devide et impera (adu domba). -
Pergantian Raja Banten
Sultan Ageng kembali mengumumkan perang setelah terjadi penganiayaan terhadap para pedagang Banten oleh VOC. Sayangnya, di Banten sedang terjadi perselisihan antara Sultan Ageng dengan putranya, Sultan Haji, sehingga Belanda langsung memanfaatkan momen tersebut. Belanda mendukung Sultan Haji yang lebih mudah dipengaruhi untuk membantu kepentingan VOC. Akhirnya Sultan Ageng Tirtayasa digulingkan dan diasingkan, sementara Sultan Haji menjadi Raja Banten. -
VOC Merebut Kekuasaan Banten
Syarat-syarat yang diajukan VOC tersebut disetujui oleh Sultan Haji. Persetujuan tersebut menyebabkan perselisihan antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji. Pada 1681 VOC atas nama Sultan Haji berhasil merebut kekuasaan Banten. Sultan Haji menjadi Sultan Banten yang berkedudukan di istana Surosowan. Sultan Ageng Tirtayasa berusaha merebut kembali Kesultanan Banten dengan membentuk pemerintahan baru yang berpusat di Tirtayasa. -
Pengepungan Istana Surosowan
Sultan Ageng Tirtayasa berhasil mengepung istana Surosowan. Sultan Haji yang terdesak segera meminta bantuan VOC. Dengan bantuan
tentara VOC, pasukan Sultan Ageng Tirtayasa
dapat dipukul mundur dan terdesak hingga
ke benteng Tirtayasa. Benteng Tirtayasa
juga dikepung oleh VOC. Meskipun demikian, Sultan Ageng Tirtayasa dan Pangeran Arya
Purbaya berhasil meloloskan diri. -
Perlawanan
Sultan Ageng Tirtayasa bersama dengan Pangeran Arya Purbaya terus melakukan serangan secara gerilya terhadap VOC dan Sultan Haji. Akan tetapi, pada 1683 Sultan Ageng Tirtayasa berhasil ditangkap dan ditawan di Batavia hingga wafat. -
Banten Jatuh Ke Tangan VOC
Pada 1695, kemerdekaan Kerajaan Banten telah diambil oleh VOC dan kedudukan Belanda di Jawa semakin kuat.