PERLAWANAN RAKYAT JAWA TERHADAP INGGRIS

  • Perang Napoleon di Jawa

    Perang Napoleon di Jawa
    Masa pendudukan Inggris yang singkat di Jawa (1811-1816) di akhir Perang Napoleon merupakan titik penting dalam sejarah modern Indonesia. Untuk pertama kali, Pemerintah Kolonial memiliki aset yang cukup untuk menaklukkan raja-raja pribumi yang sebelumnya meraih kekuasaan yang signifikan. Kekuasaan Eropa yang mutlak ini didukung oleh politik kolonial baru berupa pajak tanah (land-rent), hukum Eropa, dan sistem sentralisasi Pemerintah.
  • Serangan pasukan Inggris

    Serangan pasukan Inggris
    Pasukan Inggris yang dipimpin oleh kolonel Robert Rolo Gillespie menyerang Keraton Yogyakarta pada 17 Juni 1811.Sebab:Sri Sultan HB II menetang kebijakan Raffles dan menghimpun kekuatan hal ini dianggap sebagai ancaman.
    Pasukan Inggris memasuki Yogyakarta pada malam hari dan pasukan Keraton Yogyakarta sukses menghalau tentara Inggris. keesokan harinya, Inggris mengirim utusan untuk bernegosiasi dengan Sri Sultan HB II.Utusan itu ditolak oleh Sri Sultan HB II. Saat itu perang tak terelakkan.
  • Perlawanan Rakyat Jawa

    Perlawanan Heroik Sri Sultan HB II
    Saat itu, takhta Keraton Yogyakarta adalah Sri Sultan HB II.
    Raffles menunjuk John Crawfurd sebagai residen Yogyakarta pada November 1811. Kebijakan Raffles terkait pertanahan dan pengelolaan keuangan ternyata tidak jauh berbeda dengan kebijakan Daendels.
    Sri Sultan B Buwono II tidak menghargai. Beliau dan Bahkan, menghimpun kekuatan.
    Raffles melihat langkah Sri Sultan HB II sebagai ancaman.
  • Perjanjian Rampasan

    Perjanjian Rampasan
    Tanggal 11 Agustus 1812 diadakan perjanjian atas rampasan daerah mancanegara dan daerah takluk Kedu. Dan ulah yang dibuat Raffles lainnya adalah pemecahan kesetiaan terhadap Kraton Yogyakarta yaitu dengan mengangkat Natakusuma sebagai Paku Alam yang bertanggungjawab kepada pemerintah Eropa. Kesusahan yang terjadi di Yogyakarta masih berlangsung sanpai Sultan HB III.
  • Penyerbuan Jawa

    Penyerbuan Jawa
    Gubernur-Jenderal Hindia Belanda, Herman Willem Daendels (1762–1818), memperkuat pulau Jawa terhadap kemungkinan adanya serangan Inggris. Pada 1810 sebuah ekspedisi Perusahaan Hindia Timur Britania yang kuat di bawah Gilbert Elliot, gubernur-jendral India, merebut pulau Bourbon (Réunion) dan Mauritius milik Prancis di Samudra Hindia dan pulau Ambon dan Maluku milik Hindia Belanda. Setelah itu rombongannya menuju Jawa dan kemudian merebut kota pelabuhan Batavia (Jakarta).
  • Latar Belakang Perlawanan

    Latar Belakang Perlawanan
    Pada saat Inggris, putar Belanda di Jawa, yang mengisi kekeuasaan di pusat adalah Raffles, sedangkan di keresidenan Yogyakarta adalah John Crawfurd.
    Rasa kekesalan yang dilampiaskan Sultan diterima oleh Crawfurd. Pada kunjungan pertama yang dilakukan Raffles ke Jawa Tengah pada Desember 1811 yang disana perjanjian-perjanjian dengan para penguasa. Memperoleh kesepakatan bahwa ia akan memenangkan perampasan-perampasan wilayah yang dilakukan oleh Daendels.